India, salah satu negara dengan jumlah populasi penduduknya kurang lebih 1, 2 milyar menempatkan diri sebagai negara nomor 2 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, tentu saja setelah Cina. Bisa dibayangkan betapa luasnya negara India. Dari sisi budaya, India merupakan salah satu negara dengan budaya yang sudah mapan sejak ribuan tahun yang lalu, seperti halnya Mesir dan Cina. Budaya India hampir menyebar memberikan pengaruh kepada budaya-budaya di negara lain, tak terkecuali budaya Indonesia. Lihat saja contohnya, candi-candi yang ada di beberapa kota di Indonesia, semua berasal atau terpengaruh oleh budaya India. Belum lagi nama, bahasa, istilah dan lain sebagainya yang dipakai dalam banyak hal di kehidupan sehari-hari banyak terpengaruh oleh budaya India. Contoh budaya India terkini yang banyak memberi pengaruh kepada budaya negara lain adalah musik, film dan makanan.
Saya tidak akan membahas secara detail mengenai hal di atas dalam postingan saya kali ini. Namun saya akan mencoba sedikit membahas dan melihat India dari kacamata lain. Mungkin yang akan saya tulis disini tidak bisa dipakai untuk mewakili atau menggambarkan tentang India secara utuh dan menyeluruh. Karena memang India itu sangat luas dan terdiri dari banyak suku, bahasa dan bangsa seperti halnya Indonesia. Mungkin India lebih besar dari itu. Di Pune sendiri bahasa lokal mereka adalah Marati. Sedangkan bahasa nasional resmi yang digunakan di India adalah Hindi dan Inggris. Namun setiap negara bagian (state) di India mempunyai bahasa ibu dan cara penulisan huruf yang berbeda dari satu negara bagian dengan negara bagian lainnya. Dan huruf-huruf tersebut masih dipakai sampai sekarang untuk urusan resmi pemerintahan dan kehidupan sehari-hari. Cobalah buka google.co.id (Google India), maka akan diberikan beberapa pilihan mau dibuka dalam bahasa dan menggunakan huruf apa:
Bandingkan dengan di Indonesia, beberapa suku mempunyai huruf seperti huruf Jawa, huruf Batak, dll namun huruf-huruf tersebut boleh dibilang tidak pernah lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun hanya secuil tulisan mengenai salah satu kota di India, harapan saya semoga tulisan ini bisa sedikit banyak memberikan gambaran atau informasi mengenai India seperti apa, terutama bagi yang ingin mengunjungi India pada umumnya dan khususnya kota Pune dalam waktu dekat nanti.
Karena terkait dengan pekerjaan kantor, saya harus terbang dan berada di India kurang lebih selama 3 minggu. Kebetulan salah satu Technology Center dimana saya bekerja kantornya berada di India, tepatnya di Pune. Namun begitu based saya bukan di Pune, India, melainkan di Doha, Qatar.
Seperti terlihat di dalam peta di atas, Pune terletak berdekatan dengan Mumbai dimana pusat industri film Bollywood berada. India secara administratif pemerintahan dibagi menjadi beberapa state (negara bagian). Sedangkan state dibagi lagi menjadi beberapa distrik. Pune adalah salah satu distrik di state Maharastra. Mumbai adalah ibu kota state Maharastra. Menurut staff hotel dimana saya menginap, Pune merupakan salah satu kota budaya dan pendidikan di India. Banyak universitas-universitas ternama di India yang berada di Pune. Dan juga banyak peninggalan-peninggalan bersejarah seperti benteng, istana raja dan lainnya yang bisa ditemukan di Pune. Mungkin mirip-mirip dengan Jogja jika ingin dibandingkan dengan Indonesia. Di Pune juga banyak terdapat kantor perusahaan-perusahaan ternama di India seperti TATA, Bajaj dan beberapa perusahaan dunia seperti VolksWagen juga mempunyai kantor perwakilan di Pune. Selain itu Pune menjadi based beberapa angkatan bersenjata India, seperti angkatan darat dan angkatan udara.
Dari sisi iklimnya Pune berhawa relatif sejuk sepanjang tahun dibandingkan dengan wilayah atau kota India lainnya, mungkin hampir-hampir menyerupai Bandung, karena letak posisi Pune berada 560 meter di atas muka laut. Perbandingan letak terhadap muka laut (mean sea level): Bandung terletak kira-kira 768 meter di atas muka laut. Bogor terletak 290 meter di atas muka laut.
Sebelum membahas panjang lebar mengenai situasi di Pune, saya akan sedikit menceritakan perjalanan saya ke India. Kebetulan saya berangkat ke India dari Jakarta menggunakan low cost carrier yaitu Jet Airways. Rute-nya dari Jakarta-Singapore-Delhi-Pune. Berangkat dari Jakarta jam 14.35 WIB dan mendarat di Pune jam 5.00 pagi waktu setempat, dengan terlebih dahulu transit di dua bandara besar yaitu Changi dan Indira Gandhi International Airport, Delhi. Indira Gandhi airport bandaranya besar, bagus, tidak kalah dengan Changi, Singapore.
Biaya hidup sehari-hari di Pune terbilang murah. Selama di Pune saya tinggal di servis apartemen, namanya Oakwood Premier Pune. Rate per malam terbilang murah, kurang lebih INR 6500 (sudah termasuk pajak, INR 1 = Rp 211), dengan melihat fasilitas yang kita dapatkan. Dengan rate sejumlah itu saya sudah bisa mendapatkan kelas studio lengkap dengan living room yang besar, dapur yang lengkap (lemari es, kompor listrik, oven, microware, peralatan dapur, mesin cuci), 1 tempat tidur yang nyaman, dan kamar mandi yang besar dan bersih. Peralatan kamar mandi diganti setiap hari. Ada setrika, timbangan, lemari pakaian dsb. Lingkungan sekitar di lengkapi dengan kolam renang, gym dan fitness center dan dua restoran yaitu restoran India dan Itali yang masakannya sangat lezat.
Suasana di Oakwood Premier Pune
Jika ada di antara anda yang kebetulan sedang mempunyai urusan pribadi maupun bisnis di Pune, saya sangat merekomendasikan untuk menginap di Oakwood Premier ini.
Jarak kantor dengan tempat saya menginap tidak begitu jauh, kurang lebih 15-20 menit perjalanan tergantung macet atau tidaknya di jalan. Sebenarnya jalanan yang saya lalui dari hotel menuju kantor atau sebaliknya tidak lah begitu rame atau macet. Mungkin tidak semua ruas jalan di Pune seperti yang saya lalui. Mungkin ada juga yang rame dan macet.
Salah satu ruas jalan di Pune
Yang menarik dan yang berhasil saya amati adalah perilaku pengguna jalan di Pune ini boleh dibilang tidak lebih baik dari pada perilaku pengendara kendaraan di Jakarta, bahkan menurut saya sedikit lebih buruk hehe. Kata temen saya, Pune adalah kota dengan pengendara sepeda motor terbanyak di India (atau di Asia ya, lupa saya hehe). Memang benar adanya, karena banyaknya pengendara sepeda motor di jalanan, dan yang paling mengejutkan adalah mereka banyak yang tidak memakai helm. Sepertinya sudah lazim begitu, bahkan melintas di depan polisi atau di jalanan di depan kantor polisi sekalipun mereka tidak memakai helm.
Di Pune, beberapa pertigaan dan perempatan tidak dilengkapi dengan lampu lalu lintas. Akibatnya perilaku saling serobot tidak bisa dihindarkan. Bahkan pertigaan, perempatan atau persimpangan jalan yang ada lampu lalu lintasnya sekalipun, menerobos lampu merah, perilaku saling serobot, tidak sabaran dan tidak saling menghargai satu sama lain dalam berkendara sangat umum terjadi.
Perilaku berkendara di Pune
Jenis moda transportasi yang melintas di jalanan di Pune beragam. Ada mobil, sepeda motor, bus, truk, sepeda angin, angkot dan jangan kaget ada juga bajaj. Khusus moda transportasi terakhir, bajaj yang kita lihat di Jakarta memang asalnya dari India. Bajaj sendiri sebenarnya adalah merk sepeda motor yang cukup terkenal di India. Bedanya bajaj yang ada di India menggunakan argo hehe. Hal lain yang baru pertama kali saya lihat secara langsung dengan mata kepala sendiri adalah adanya gerombolan sapi yang jalan-jalan di jalan raya atau duduk di tengah-tengah persimpangan jalan tanpa ada orang yang berani menganggu. Hal ini sangat umum terjadi dan dibiarkan. Dalam arti tidak ada yang berani mengusir sapi-sapi yang berkeliaran di jalan raya tersebut. Tentu saja para pengendara ketika berpapasan dengan kawanan sapi ini akan memperlambat laju kendaraannya. Ini bisa dimengerti karena mayoritas penduduk India adalah beragama Hindu dan tentu saja sapi adalah salah satu hewan suci yang dikeramatkan oleh mereka sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut.
Sebenarnya saya ingin memotret momen ini, ketika ada sapi duduk persis di tengah-tengah persimpangan jalan raya. Namun saya harus menjaga perasaan sopir saya yang asli orang India. Takut salah paham atau menyinggung perasaan dia.
Moda transportasi yang melintasi jalanan di Pune
Tipikel orang India adalah pekerja keras, tekun dan giat. Beberapa bidang dikuasai oleh orang-orang India antara lain di bidang IT, otomotif, perbankan, persenjataan (India adalah salah satu negara dari sedikit negara di dunia yang mempunyai rudal berhulu nuklir) dan lain sebagainya. Kantor saya yang berada di Pune ini kebetulan terletak di kawasan perkantoran Commerzone namanya. Sebagian besar pegawainya orang India, tentu saja wajar, karena memang kantornya berada di India. Ada beberapa expat namun jumlahnya tidak begitu banyak dibandingkan dengan pegawai lokal. Suasana kantor dibikin senyaman mungkin untuk para pegawai supaya nyaman dan akhirnya produktif. Kantor berada di lantai 7, dilengkapi dengan cafetaria. Setiap harinya disediakan sarapan pagi dan makan siang gratis untuk semua pegawai. Cafetaria terletak di top roof gedung dan open space sehingga ketika sarapan, makan siang atau rehat di sore hari sambil menikmati snack bisa sembari melihat suasana dan view sekitar kantor yang asri nan hijau.
Suasana sekitar komplek perkantoran
Bersama teman kantor di divisi Pune (saya yang paling kiri, ya iya lah ga usah dikasih tahu juga sudah kelihatan banget gitu dari mukanya hehe)
Kemarin hari Kamis, 30 Juli 2015 kebetulan bertepatan dengan pemakaman salah satu tokoh India yang sangat dihormati oleh mereka. Ketika acara pemakaman berlangsung, ada pengumuman melalui pengeras suara di kantor dan diumumkan kepada semua pegawai untuk mengheningkan cipta selama 2 menit. Semua pegawai lokal berdiri mengheningkan cipta, saya pun ikut berdiri dan ikut dalam posisi senyap (walaupun tidak mengheningkan cipta), untuk menghargai dan menghormati sikap dari teman-teman saya pegawai lokal India. Saya kira ini adalah hal yang menarik, mereka sangat menghormati para tokoh-tokohnya tak terkecuali ketika para tokoh tersebut meninggal, mereka menyempatkan untuk mengheningkan cipta sejenak dan berdoa untuk mereka, termasuk ketika di kantor sekalipun. Bagaimana dengan di Indonesia? saya belum pernah mempunyai pengalaman mengheningkan cipta di kantor atau mendengar informasi ada kegiatan serupa di kantor ketika ada salah satu tokoh bangsa yang meninggal dunia.
80% dari jumlah total penduduk India beragama Hindu, 13% muslim dan sisanya adalah penganut agama kristen, singh, dan lainnya. Walaupun mayoritas penduduknya beragama Hindu, namun sekilas saya rasakan toleransi antar umat beragama terjalin dengan baik. Setidaknya hal itu yang bisa saya lihat dan rasakan di Pune, tidak tahu persis situasi di kota lain selain Pune. Pada hari Jumat, 31 Juli 2015 kemaren, saya Alhamdulillah bisa melaksanakan sholat Jumat di salah satu masjid yang kebetulan letaknya dekat dengan kantor. Catatan: ketika waktu sholat tiba, adzan pun dikumandangkan melalui pengeras suara.
Salah satu masjid di Pune
Hanya berjalan kaki kurang lebih 15 menit dari kantor. Masjidnya cukup besar, saya rasa bisa menampung 100 an jamaah. Kalau saya perhatikan jamaah yang datang sebagian besar adalah orang India juga, mungkin beberapa sebagian kecil jamaah orang asing seperti saya. Masjid terletak di tengah-tengah perkampungan. Seperti halnya masjid-masjid di tengah perkampungan yang ada di sekitar Karet Kuningan atau sekitar/di belakang Mall Ambasador, Jakarta. Saya yakin penduduk kampung di sekitar masjid tempat saya sholat Jumat kemaren terdiri dari beberapa orang dengan latar belakang dan agama yang berbeda-beda. Hal itu sangat terlihat jelas bahkan di depan masjid terdapat bangunan sekolah atau pemerintahan yang di bagian dinding depannya ada lukisan seorang dewi atau dewa yang dipuja di dalam agama Hindu.
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, bahwa masakan atau menu India adalah salah satu budaya India yang sudah merambah dan mempengaruhi budaya bangsa dan negara lain di dunia, seperti halnya masakan Cina. Dengan mudah kita bisa menemukan restoran atau masakan India di negara lain di luar India, bahkan di Indonesia sendiri kita bisa dengan mudah menemukan restoran India yang tentunya menyajikan menu-menu India. Hari ini saya memuaskan diri dengan mencoba beberapa menu atau masakan India. Kata teman saya yang asli orang India (dan rumahnya di India hehe), secara garis besar masakan India dibagi menjadi dua, mereka menyebutnya northern Indian dan southern Indian food, atau masakan India Utara dan India Selatan. Bedanya dari cara penyajian dan pembuatannya. Mungkin kalau di Indonesia perbandingan antara masakan Manado, Jawa dan Padang berbeda cara pembuatan, penyajian dan rasanya.
Beberapa contoh menu masakan India
Nah pagi dan siang hari ini saya khusus memanjakan diri saya dengan mencoba beberapa menu masakan India, walaupun ada menu atau masakan non India yang disediakan. Photo atas sebelah kiri adalah menu sarapan saya tadi pagi. Saya mencoba pongal (di dalam mangkok kecil). Pongal terbuat dari nasi, mirip dengan bubur kalau di Indonesia yang dimasak sedemikian rupa dengan campuran bumbu-bumbu sehingga warnanya berubah menjadi kekuningan dan rasanya gurih. Mungkin kalau di Jakarta seperti bubur ayam yang sudah diberi bumbu kuah yang dituangkan dari botol oleh si tukang bubur sehingga warnanya juga menjadi kekuningan. Sedangkan kue pipih namanya bathore dan yang bulet namanya bonde. Rasa keduanya gurih dan renyah.
Photo atas sebelah kanan, adalah menu makan saya siang ini. saya ambil beberapa menu antara lain dhaniya murgh (ayam kari), paneer butter masala (kotak-kota berwarna agak orange: sepertinya tahu), lasooni palak (bayam yang dihaluskan diberi bumbu-bumbu, warna hijau), dal tadka (di dalam mangkok kecil), jeera pulao (nasi diberi rempah-rempah) dan garlic naan (yang ada di dalam keranjang kecil, roti India diberi bumbu-bumbu dibakar di dalam tungku). Dan malam tadi saya mencoba masakan India yang sudah sangat terkenal, tentu saja apalagi kalau bukan chicken briyani. Ayam yang sudah dimasak dengan diberi bumbu atau rempah dan dimasukkan ke dalam nasi. Jadi ketika kita menyendok nasi otomatis akan mengenai daging ayam yang memang cara penyajiannya daging ayam ini dibenamkan ke dalam nasi. Sayangnya saya lupa mengambil photonya hehe. Kalau saya rasakan semua masakan India ini masih cocok dengan lidah orang Indonesia. Menu-menu yang saya sebutkan di atas terutama yang kari rasanya sangat mirip dengan kari-kari di restoran Padang. Beberapa kari India rasanya pedas. Dan saya rasa untuk orang Indonesia masih bisa menerima masakan pedas India.
Weekend pertama di Pune, saya habiskan dengan jalan-jalan dan nonton film di bioskop di salah satu mall yang letaknya tidak terlalu jauh dengan hotel, kurang lebih 10 menit jalan kaki. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya di atas, kalau udara di Pune ini relatif sejuk dengan kelembaban udara yang relatif rendah. Dengan demikian walaupun saya jalan kaki ke mal pada tengah hari sekitar jam 12.00-13.00 an, badan tidak berasa gerah dan tidak banyak keringat yang keluar. Kemudian saya bisa jalan kaki dengan nyaman di sepanjang trotoar yang cukup lebar seperti tampak dalam gambar di bawah. Tidak terlihat adanya pedagang-pedagang kaki lima yang memenuhi atau menggunakan trotoar untuk mendirikan atau membuka lapak dagangannya. Jadi langkah kaki saya ketika berjalan ke mall pun bertambah nyaman dan lancar. Belakangan baru saya tahu, ternyata tidak semua kondisi trotoar rapi seperti yang terlihat di dalam photo di bawah, ada juga trotoar-trotoar yang banyak dipenuhi pedagang-pedagang kaki lima persis seperti halnya beberapa lokasi di Jakarta.
Teman saya ada yang nanya, apakah aman jalan kaki di India. Terus terang saya juga tidak tahu jawabannya, karena saya jalan kaki di siang hari, tidak tahu suasana dan keamanan kalau jalan di malam hari. Namun siang hari itu saya diikuti pengemis anak-anak mungkin berusia 13-14 tahun dengan adik kecilnya yang minta diajak ke mall dan dibeliin makanan di mall. Heran juga ngakunya pengemis dan tidak bersekolah namun bahasa Inggrisnya asli lancar. Saya kasih uang 100 rupees (1 INR kurang lebih Rp 211,-) eh dia nawar minta 500 rupees hehe. Akhirnya saya tinggal dan saya langsung masuk menuju mall.
Suasana trotoar di Pune yang ramah untuk pejalan kaki
Sejak pertama kali kaki saya menjejakkan tanah India, hal pertama kali yang saya temukan dan rasakan adalah security check yang sangat ketat ada di mana-mana. Entah itu di bandara, hotel, mall bahkan ketika mau masuk bioskop sekalipun. Mungkin hal ini disebabkan karena pengalaman-pengalaman yang dihadapi India sebelumnya terhadap situasi keamanan di dalam negeri sehingga membuat India menerapkan langkah-langkah preventif seperti ini. Apalagi pengalaman dalam berhubungan dengan tetangga sebelah Pakistan yang kadang memanas. Beberapa tahun lalu sebuah Hotel bintang lima di Mumbai diserang teroris yang memakan banyak korban jiwa. Beberapa pelaku yang berhasil ditembak mati dan ditangkap pihak otoritas keamanan India menunjukkan mereka berasal dari Pakistan. Belum lagi masalah konflik perbatasan dengan Pakistan yang mengharuskan India selalu berada pada situasi di level tertinggi dalam masalah peringatan keamanan.
Kembali ke bahasan semula tentang jalan-jalan di mall hehe. Mall yang lokasinya dekat dengan hotel tempat saya menginap namanya Nitesh Mall. Ada juga yang menyebut namanya sebagai Koregaon Plaza. Pun begitu ketika saya masuk ke mall ini, saya harus melewati security check terlebih dahulu, metal detektor. Sebenarnya hampir-hampir mirip dengan di Indonesia. Ketika kita masuk juga harus ada security check. Bedanya Kalau di India, begitu kita masuk metal detektor, security masih akan mengecek satu per satu pengunjung, mirip seperti hal-nya kalau kita akan masuk ruang tunggu di bandara. Kemudian khusus untuk pengunjung wanita, setelah melewati metal detektor, mereka harus masuk ruangan tertutup dan dilakukan pengecekan ulang lagi oleh security wanita juga. Jadi double check security-nya benar-benar ketat.
Nitesh Mall Pune
Mall yang saya kunjungi ini terbilang mall kecil, masih terlihat beberapa konter yang sedang dalam persiapan untuk dibuka atau direnovasi. Sepertinya mall ini belum 100% beroperasi. Dan sepertinya juga bukan mall terbesar di Pune. Ketika saya datang jam 13.00 an bayangan saya pengunjung sudah banyak. Ternyata dugaaan saya salah. Jam segitu pengunjung mall masih sedikit dan suasana mall masih lengang dan sepi. Belakangan saya baru tahu, pengunjung mall mulai ramai dan berdatangan sekitar jam 16.00 sore ke atas.
Tujuan pertama saya datang ke mall ini adalah ingin nonton film di bioskop. Jangan dibayangkan saya mau nonton film India tau Bollywood ya. Sudah enek dari sananya sama film India hehe. Ketika saya datang dan mengecek konter tiket untuk mengetahui kira-kira ada film apa yang tayang hari Minggu kemaren, ternyata disana terpampang jadwal pemutaran film Ant-Man (3D). Nahh kebetulan sekali. Kemudian saya membeli satu tiket untuk melihat film Ant-Man. Kok cuman beli satu tiket, memangnya nonton sendirian? Ya iya lah, saya nonton sendirian hehe.
Bioskop di Nitesh Mall Pune
Kalau di Indonesia salah satu distributor film-film di bioskop dikuasai jaringan Cinema 21, pun begitu di India distribusi film bioskop dilakukan oleh jaringan PVR namanya. Kembali lagi saya harus melewati security check dan metal detector ketika mau masuk ke bioskop. Security juga sekalian memerika tiket saya. Ujung bawah tiket saya dirobek, sebagai tanda kalau tiket sudah di-check. Belakangan baru tahu kalau pengecekan tiket hanya dilakukan sekali oleh security di depan, sedangkan ketika kita memasuki Cinema atau Studio, tidak ada lagi penjaga yang memeriksa tiket seperti halnya kalau kita ingin nonton bioskop di Indonesia yaitu tiket masih harus kita tunjukkan kepada penjaga yang menunggu penonton di depan pintu masuk studio, kemudian penjaga akan merobek satu bagian tiket sedangkan bagian tiket yang lain diserahkan kepada kita.
Studio (disini menyebutkan Cinema) sudah dibuka 15 menit sebelum jam tayang film Ant-Man (13.50) dimulai. Saya mengikuti pengunjung-pengunjung lainnya yang juga sudah memasuki cinema. Kalau saya lihat mayoritas penontonnya juga anak-anak muda. Jangan dibayangkan kita akan melihat anak-anak muda di India memakai pakain sari, pakaian nasional India, ketika mereka jalan-jalan di mal. Yang terlihat masih mau menggunakan sari ketika jalan di mall hanyalah orang-orang tua. Seperti anak-anak muda di Jakarta, mereka memakai pakaian casual seperti biasa.
Seperti biasa di menit-menit awal nonton film di bioskop akan diputarkan beberapa klip film yang akan tayang di bioskop tersebut. Juga diputarkan beberapa iklan komersial. Kemudian saya juga melihat diputarkan sebuah iklan layanan masyarakat dari Polisi Pune tentang bagaimana masyarakat harus waspada dengan ancaman bom. Sama persis dengan suasana ketika kita nonton bioskop di Indonesia, tidak ada perbedaan. Nahh saya baru terkejut dan terkesima ketika di layar terpampang tulisan semua harus berdiri untuk pemutaran lagu kebangsaan India. Semua penonton yang saat itu cukup penuh, berdiri dengan sikap sempurna. Saya pun ikut berdiri. Sesaat kemudian lagu kebangsaan India diputar. Suasana sudut-sudut ruangan menjadi sepi sunyi namun hikmat. Semua orang diam termasuk anak-anak kecil yang biasanya tidak mau diam. Semua dengan hikmat mendengarkan lagu kebangsaan India. Terus terang saya juga ikut terhanyut dengan kehikmatan sikap mereka dalam mendengarkan lagu kebangsaan mereka Jana Gana Mana. Ketika lagu kebangsaan India selesai diputar, penonton pun duduk kembali. Saya sekilas melihat penonton yang duduk di sebelah saya menoleh ke arah saya. Mungkin dia heran, muka non India nonton bioskop di India dan harus berdiri mendengarkan lagu kebangsaan India diputar di bioskop hahaha. Mungkin saya satu-satunya orang asing yang ada di cinema tersebut siang itu.
Sebenarnya ini pengalaman kedua kali saya mendengarkan lagu kebangsaan diputar di bioskop. Pengalaman pertama yaitu ketika saya berada di Bangkok dan kebetulan saat itu saya nonton bioskop dengan teman baik saya. Kalau di Bangkok selain mendengarkan lagu kebangsaan Thailand, juga diputarkan film dokumenter tentang raja mereka. Semua penonton pun harus berdiri sebagai penghormatan terhadap raja mereka. Nah ada kejadian sedikit lucu, mungkin karena waktu itu pengalaman pertama saya dan teman saya menghadapai situasi seperti ini, teman saya sempat tidak bisa menahan ketawa, untungnya saya berhasil menahan supaya tawa dia tidak keceplosan. Kalau sampai tertawa kelepasan dan terbahak-bahak kan bisa gawat, nanti dianggap menghina raja mereka hehe.
Kembali ke cerita semula tentang suasana nonton di dalam bioskop di Pune. Setelah lagu kebangsaan selesai diputar, film utama pun juga diputar. Sebenarnya cerita film-nya sama seperti cerita-cerita film Marvel lainnya, bertema tentang orang biasa yang kemudian menjadi superhero. Detik demi detik, menit demi menit berlalu. Saya pun juga bisa menikmati alur cerita yang ditampilkan. Namun ketika cerita film sedang seru-serunya, tiba-tiba layar mati. Wahh kejutan apa lagi ini, begitu dalam hati saya berkata. Tengok sana, tengok sini saya ingin mencari tahu. Namun anehnya penonton lain biasa-biasa saja, kecuali saya yang sangat curious pengen tahu ada kejadian apa. Kemudian di layar ada tulisan intermission bla bla…Wah hahaha ternyata ada pause, commercial break atau iklan di tengah-tengah pemutaran film. Waduhh kayak nonton film atau sinetron di TV saja nih. Selama intermission atau commercial brake berlangsung, penonton pada keluar, ada yang ke toilet, ada yang membeli cemilan lagi seperti popcorn dan sejenisnya. Saya lihat ada petugas di depan membawa keranjang sampah untuk mengumpulkan sampah-sampah sisa popcorn dan makanan yang dibawa penonton sesaat film akan diputar tadi. Intermission dan commercial break berlangsung kurang lebih 15 menit. Film pun diputar kembali mulai dari bagian atau alur cerita yang terpotong tadi. Hehehe seru juga nih pengalaman nonton bioskop di India. Ada-ada saja, nonton film bioskop diselingi iklan..huhh untungnya commercial break atau iklannya cuman sekali hehe.
Pagi harinya ketika saya di kantor, saya menanyakan hal ini kepada teman saya orang asli India. Teman saya bilang bahwa kebiasaan ini dulunya disebabkan oleh karena panjangnya durasi film Bollywood yang diputar di bioskop. Satu film Bollywood paling tidak berdurasi 3-4 jam. Nah untuk menghilangkan kejenuhan, diselingilah dengan intermission ini. Seiring berjalannya waktu orang-orang India sudah semakin terbiasa dengan intermission di tengah-tengah pemutaran film, entah itu film Bollywood ataupun non Bollywood, sampai sekarang ini.
Wiken terakhir saya menyempatkan diri keliling kota Pune untuk sekedar menikmati city tour. Dari beberapa informasi yang saya dapatkan, beberapa teman merekomendasikan untuk mengunjungi Agakhan Palace (atau museum Mahatma Gandhi), Shaniwar Wada fort dan jalan-jalan belanja di MG road (semacam Malioboro-nya Pune). Sebenarnya ada beberapa lokasi wisata lagi diluar atau di pinggiran kota Pune. Namun waktu yang terbatas sudah tidak memungkinkan lagi untuk menuju kesana.
Dengan menyewa mobil dari hotel selama 4 jam sebesar INR 2000, tujuan lokasi wisata pertama yang saya kunjungi adalah Agakhan Palace. Dari hotel berangkat jam 12.00 dengan suasana langit Pune yang sedikit mendung. Suasana jalanan seperti biasa padat dan cenderung ruwet. Jangan dibandingkan keruwetan lalu lintas Pune dengan keruwetan lalu lintas di Hong Kong. Di Hong Kong jalanan kelihatan ruwet karena banyaknya taksi dan bus dengan lebar jalan yang sempit-sempit. Namun disana semua pengendara teratur mentaati peraturan lalu lintas. Di Pune seperti yang sudah saya sebutkan di atas, kesadaran berkendara dan mematuhi aturan lalu lintas masih rendah.
Agakhan Palace
Dengan membayar tiket masuk sebesar INR 100 (kurang lebih Rp 25rb) saya bisa memasuki komplek istana. Agakhan Palace pada dasarnya museum tempat menyimpan segala macam peninggalan Mahatma Gandhi dan sahabat-sahabatnya selama mereka berjuang dalam masa pendudukan tentara Inggris di India. Rumah ini dulunya digunakan untuk tempat tahanan rumah Mahatma Gandhi sampai dia meninggal dunia. Di area yang luas, rindang dan sejuk ini juga ada tempat yang digunakan oleh Mahatma Gandhi untuk bersemedi. Disini juga lokasi dimana abu Mahatma Gandhi dikubur.
Tempat semedi dan Abu Mahatma Gandhi disemayamkan
Setelah puas berkeliling dan melihat beberapa peninggalan dan kisah hidup Mahatma Gandhi selama di penjara di Agakhan Palace, langkah saya berikutnya adalah menuju sebuah beteng kuno, Shaniwar Wada Fort, yang terletak di tengah-tengah kota Pune, peninggalan abad ke-18, tepatnya dibangun pada tahun 1746 pada masa pemerintahan Peshwa di kerajaan Maratha. Beteng ini mengalami kebakaran hebat pada tahun 1828 dan sisa-sisa bangunan yang masih ada sekarang dijadikan tempat tujuan atau obyek wisata.
Gerbang utama dan suasana di dalam Shaniwar Wada Fort
Harga masuk tiket wisata untuk orang asing sepertinya seragam sebesar INR 100 (100 rupees). Sama seperti di Agakhan Palace, tiket masuk di Shaniwar Wada Fort pun sebesar INR 100. Sayang sekali ketika saya tiba di Shaniwar Wada Fort, kondisi HP saya lowbat sehingga hanya berhasil mengabadikan dua photo di atas hehe. Beteng ini dikelilingi tembok yang tinggi dan tebal, kalau saya perhatikan terbuat dari batu bata merah. Di tengah-tengah tembok yang mengelilinginya terdapat taman yang luas dan ada bekas air mancurnya. Sekilas beberapa bagian masih belum benar-benar direnovasi.
Pemberhentian terakhir saya harusnya di MG road, cuman karena hujan, saya hanya melihat sekilas dari atas mobil. Sama seperti di Malioboro, MG road adalah satu jalan lurus yang terdapat deretan toko-toko tempat menjual souvenir. Sayang saya tidak bisa mengeksplore terlalu detail suasana MG road sehingga tidak bisa bercerita banyak.
Demikian kisah saya selama 3 minggu di Pune, India…semoga memberikan informasi yang semoga berguna bagi anda semuanya.