Pernahkan anda membuat sebuah perjanjian atau persetujuan dengan rekan bisnis anda, teman anda, pacar anda atau siapa pun? Saya yakin ketika komitmen atau perjanjian itu dibuat, maka hal tersebut didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak, tanpa paksaan untuk sama-sama berkomitment menjalankan perjanjian atau persetujuan tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidak ada pikiran sedikit pun untuk mengingkari. Paling tidak semangat itulah yang muncul sesaat ketika perjanjian itu sudah disetujui kedua belah pihak.
Ketika perjanjian itu dibuat oleh anda yang mengatasnamakan perusahaan, baik perusahaan anda sendiri atau perusahaan dimana anda bekerja, dengan pihak lain, rekan bisnis atau perusahaan lain, maka untuk mengikat kedua belah pihak supaya mematuhi pokok-pokok yang diperjanjikan dan supaya menghindari salah satu dari keduanya wan prestasi mengenai hal-hal yang sudah disetujui tersebut, maka biasanya perjanjian itu dibikin di depan notaris. Apa-apa yang diatur dalam perjanjian dan apa-apa akibatnya ketika melanggar perjanjian, semua diatur di dalam akta perjanjian yang ditandatangani kedua belah pihak di atas materai di depan notaris. Tentunya akta perjanjian seperti ini bisa dipertanggungjawabkan di depan hukum. Dalam arti ketika salah satu wan prestasi, maka pihak yang dirugikan bisa menuntut pihak tersebut di depan hukum sesuai dengan apa-apa yang disebutkan di dalam akta perjanjian.
Apakah ketika akta perjanjian itu dibuat di depan notaris, berarti sudah tidak ada atau pintu sudah tertutup rapat-rapat adanyan kemungkinan pihak-pihak yang terlibat mengingkari (wan prestasi) isi dari perjanjian tersebut? Salah besar, masih saja ada kemungkinan salah satu pihak mengingkari perjanjian, karena alasan-asalan tertentu. Tetapi dengan perjanjian itu dibikin di depan notaris, paling tidak ada jaminan perlindungan hukum bagi pihak yang merasa dirugikan.
Sekarang lain cerita ketika anda sebagai pribadi mempunyai perjanjian bisnis atau perjanjian lainnya dengan rekan atau teman anda sebagi pribadi juga. Banyak diantara kita, membuat perjanjian bisnis atau perjanjian lainnya hanya didasarkan atas rasa saling percaya (trust), tidak ada ikatan apa-apa karena mungkin karena anda sudah saling kenal lama dengan rekan anda tersebut, atau mungkin karena anda terpesona dari pandangan pertama, walaupun anda belum begitu mengenal pribadinya secara utuh dan mendalam, dikarenakan cara rekan anda tersebut merepresentasikan pribadinya di depan anda begitu hebat dan menawan sehingga anda begitu percaya kepadanya.
Misal, anda belum begitu lama kenal dengan seseorang, tetapi anda sudah begitu percaya dengan orang tersebut gara-gara cara berpakaian orang tersebut sangat rapi, tiap hari memakai jas dan dasi, tutur bicaranya sopan, atau orang tersebut setiap hari memakai pakaian yang menunjukkan atau sekilas menggambarkan orang tersebut taat beragama. Jadi anda pun mantap tanpa ragu-ragu membuat perjanjian bisnis dan lainnya dengan orang tersebut dan di dalam benak anda pun tidak terlintas pikiran atau keraguan sedikit pun kalau rekan anda tersebut suatu saat akan mengingkari perjanjian yang sudah anda setujui berdua.
Bagaimanakah perasaan anda, ketika anda selama setahun terakhir menjalankan sebuah bisnis, misal bisnis dimulai bulan November 2014, dan dalam menjalankan bisnis ini anda pernah membuat perjanjian dengan rekan anda tersebut dengan hanya didasarkan atas rasa saling percaya (trust). Namun di tahun terakhir di bulan November 2015 tiba-tiba secara tidak direncanakan dan tidak terduga sama sekali anda mulai tahu ternyata 5 bulan terakhir dari bulan Juli 2015 – November 2015 rekan anda tersebut menusuk anda dari belakang, mengingkari komitmen yang sudah dibicarakan dan disetujui sebelumnya tentu saja diam-diam tanpa sepengetahuan anda, bahkan dibela-belain sampai berbohong kepada anda.
Mungkin bagi anda hal tersebut akan menjadi pukulan yang sangat berat. Anda seolah-olah tidak habis-habisnya geleng-geleng kepala dan heran bukan kepalang. Mungkin anda akan terus bertanya-tanya dan tidak habis pikir, bisa-bisanya rekan anda tersebut membohongi anda. Mungkin anda tiap detik akan bergumam,”masa sih dia bisa begitu, kok tega-teganya dia membohongi aku. Apa sih yang terlintas dalam pikiran dia setiap kali dia mengingkari perjanjian, apakah tidak takut dosa, apakah tidak takut karma datang kepadanya, apakah tidak takut dia didoakan yang jelek-jelek oleh orang yang dibohongi. Padahal kalau melihat cara berpakaiannya menunjukkan dia orang yang sopan dan taat beragama?”
Don’t judge the book by it’s cover. Biasanya ungkapan ini digunakan dalam sisi positif. Artinya kita jangan meremehkan kemampuan seseorang hanya melihat dari tampilan luarnya saja. Misal, kita jangan meremehkan keahlian seseorang atau kepinteran seseorang hanya karena dia berkulit hitam, atau berwajah jelek, atau asalnya dari pelosok desa. Karena belum tentu mereka dengan kondisi seperti itu lebih bodoh dari kita, mungkin malah sebaliknya mereka lebih pintar dan lebih jago segala-galanya dari kita.
Namun ternyata ungkapan di atas bisa juga digunakan untuk menggambarkan supaya kita hati-hati kepada seseorang, jangan begitu mudah percaya membuat sebuah perjanjian, komitmen, kerja sama hanya didasarkan oleh rasa saling percaya (trust) hanya karena kita melihat tampilan orang tersebut dari luar, klimis, berdasi, berjas, berpakaian yang seolah taat beragama dan lain sebagainya. Ada baiknya kita mengenal pribadi dan watak orang tersebut lebih dalam, jangan mudah percaya. Karena ternyata ada beberapa orang yang menjadikan rasa percaya (trust) yang anda berikan kepada orang tersebut hanya seperti sebuah mainan. Bisa dia mainkan kapan saja sesuai dengan suasana hati, perasaan dia, angin-anginan tergantung situasi dan kondisi yang sekiranya menguntungkan dia.
Ketika anda menjumpai karakter orang seperti yang saya gambarkan di atas, kira-kira sikap anda bagaimana? tentunya anda akan semakin berhati-hati. Begitu rasa percaya yang anda berikan tersebut dikhianati dan dihancurkan, tentu saja sikap respect atau hormat yang dulu pernah anda berikan kepada rekan anda tersebut, akan luntur dengan sendirinya, cepat ataupun lambat. Sekali dia merusak rasa percaya (trust) yang anda berikan, maka anda pun akan bersikap lebih hati-hati ketika berhubungan dengan dia. Karena sekarang anda tahu, teman anda tersebut tidak dapat dipercaya. Seperti kata pepatah,”Dipegang ekornya mendongak kepalanya, dipegang kepalanya menjungkit ekornya”.