Saya Juga Mudik Mau Merayakan Lebaran di Kampung….

Entah kapan dan siapa yang memulai fenomena mudik di tanah air  yang terjadi setiap tahunnya. Suasana senang setelah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan bercampur perasaan berdebar berharap-harap cemas ingin cepat sampai di kampung halaman bertemu dengan sanak saudara setelah sekian lama tidak bertemu karena terpisah jarak yang begitu jauh, menghinggapi perasaan setiap pemudik. Mereka rela menggunakan moda transportasi apapun asal bisa terangkut dan sampai di tempat tujuan pemudik.

Fenomena mudik saya rasa tidak terjadi di semua negara. Setelah beberapa tahun merantau di tanah seberang, saya baru merasakan suasana mudik yang begitu meriah, bermakna, dan ada gregetnya hanya terjadi di Indonesia. Silahkan cek di negara-negara Timur Tengah sekali pun, bahkan mereka merayakan hari raya Idul Fitri tidak semeriah ketika mereka merayakan hari raya Idul Adha. Kebalikannya yang terjadi di Indonesia. Hari raya Idul Adha dirayakan tidak semeriah ketika menyambut lebaran, hari raya Idul Fitri.

Berbicara tentang mudik, saya pun tidak ketinggalan untuk menyiapkan segalanya untuk mudik pulang ke kampung halaman saya di sebuah perumahan asri di Jogja. Jauh-jauh hari, sebulan sebelum hari keberangkatan, saya sudah memesan tiket, disamping untuk menghindari kehabisan tiket, tentu saja pemesanan jauh hari akan mendapatkan harga tiket yang relatif murah.

Saya tidak membawa banyak barang untuk mudik, hanya dua buah tas traveling. Malam ini saya pun sudah melakukan check-in online pesawat Emirates EK0356 yang besok malam akan membawa saya dengan tujuan ke Jakarta. Check-in online bisa dilakukan 24 jam sebelumnya. Keuntungan check-in online adalah kita tidak menjadi terburu-buru untuk berangkat ke bandara dan nanti pada saat di counter check-in tidak perlu untuk antri berlama-lama, cukup langsung menuju counter yang disediakan khusus untuk penumpang yang sudah melakukan check-in online. Tiket domestik ke Jogja pun sudah saya print. dalam masa high season, seperti sekarang ini sangat susah untuk mendapatkan tiket sesuai dengan jadwal dan harga yang kita maui. Bisa mendapatkan tiketpun sudah sangat disyukuri. Kalau penerbangan saya nanti sesuai jadwal yang tertera di tiket, saya akan sampai di rumah kurang lebih jam 21.00. Insha Allah, hari Sabtu pagi bisa menikmati santap sahur di rumah.

Saya mengharapkan kelas ekonomi di penerbangan malam nanti akan penuh, sehingga kemungkinan tiket saya diupgrade ke kelas bisnis semakin besar. Ternyata apa yang saya harapkan menjadi kenyataan. Sesampainya di depan konter petugas check-in mengatakan kalau tiket kelas ekonomi saya di-upgrade ke kelas bisnis dengan gratis. Lumayan, bisa istirahat cukup nyaman di dalam pesawat. Dan bisa mampir ke lounge untuk menambah menu buka puasa, maklum tadi di apartemen saya sempat berbuka puasa seadanya. Dua potong kue dan segelas jus jambu cukup untuk menemani saya di lounge sambil menunggu waktu boarding tiba.

Pesawat Emirates yang membawa saya dari Kuwait menuju Dubai mendarat tepat pukul 1.00 dini hari waktu setempat. Sesampainya di terminal 3 Dubai international airport saya segera mencari beberapa oleh-oleh titipan dari rumah. Setelah selesai saya segera menuju ke Business Lounge yang letaknya dekat di Gate 122, sekalian mampir sahur dan mandi biar badan terasa seger dan tidak merasa ngantuk lagi. Ketika sampai di shower room ternyata sudah ada beberapa orang yang ngantri. Saya pun ikut dalam barisan. Setelah menunggu beberapa saat tibalah giliran saya. Handuk bersih, sikat gigi dan odol diberikan petugas kepada saya. Shower room-nya cukup  bersih, ada air hangat dan dingin diatur sesuai selera dan tentu saja shampoo dan shower gel tersedia disana. Shower room untuk cowok dan cewek tentu saja dipisahkan. Masing-masing shower room ada dua kamar mandi. Tas saya bawa masuk, dan saya sempat mengambil gambar suasana di dalam kamar mandi di business lounge Emirates ini. Setelah selesai mandi, saya menyempatkan diri untuk mengambil beberapa potong kue dan segelas air putih untuk sahur.

Pesawat Emirates EK356 menuju Jakarta akan diberangkatkan dari Gate 229, jadi saya harus berjalan dari Gate 122 ke Gate 229 yang jaraknya lumayan kurang lebih 20 menit jalan kaki. Sesampai di Gate 229 saya melihat gate sudah dibuka dan saya pun ikut dalam antrian. Dan lagi-lagi tiket kelas ekonomi yang saya pegang di-upgrade ke kelas bisnis dengan gratis. Alhamdulillah, bisa rebahan dan tidur lebih nyaman. Apalagi perjalanan panjang Dubai menuju Jakarta. Belum lagi nanti saya harus nyambung ke penerbangan domestik berikutnya dari Jakarta menuju ke Jogja. Kurang lebih pukul 4.30an waktu setempat, boarding dimulai. Penumpangnya membludak, dan saya rasa 50% di antaranya penumpangnya bule. Dalam hati saya ikut senang, sukurlah Indonesia semakin dikenal sebagai salah satu tempat tujuan wisata para bule-bule ini.

Memasuki pesawat, segera saya mencari tempat duduk seperti yang diarahkan oleh pramugari. Tempat duduk saya paling depan sendiri. Ternyata saya bersebelahan dengan bule Selandia Baru. Dia cukup fasih berbahasa Indonesia, tinggal di Kemang, sudah 15 tahun tinggal di Indonesia. Menurut dia, selama 15 tahun terakhir bekerja di salah satu perusahaan tambang emas terbesar yang di Indonesia wilayah kerjanya ada di Papua. Dia dalam perjalanan bisnis dari Rusia membeli helikopter untuk perusahaannya. Dan menurut dia lagi, Indonesia adalah rumahnya, dan tidak  mau kembali lagi ke Selandia Baru. Entah sebuah pernyataan tulus atau hanya basa-basi. Sepanjang perjalanan menuju ke Jakarta, seperti biasa berbagai ragam menu makanan silih berganti hilir mudik ditawarkan, apalagi di kelas bisnis. Namun Alhamdulillah saya tetap berpuasa, dan si bule pun permisi kepada saya ketika dia sedang atau mau menyantap makanan. Sepanjang perjalanan saya perhatikan si bule ini selalu order wine, mungkin 1-2 botol besar wine putih dia habiskan. Bahkan di satu kesempatan ketika ngobrol dengan saya, dan ada kata-kata yang sedikit ga jelas, dia meminta maaf, katanya karena dia sedikit mabuk hehe.

Jam 15.30 WIB pesawat Emirates landing di bandara Soekarno Hatta. Perasaan senang menghinggapi diri saya, karena pesawat mendarat dengan selamat sampai tujuan. Saya turun dari pesawat dan setelah urusan imigration clearance selesai, saya segera menuju ke carousel untuk mengambil bagasi. Di sela-sela menunggu bagasi muncul, saya sempatkan untuk mengisi form bea cukai. Saya sempat meminjam pulpen salah seorang petugas angkasa pura. Setelah semuanya selesai dan bagasi sudah saya ambil, segera saya berjalan menuju ke scanner bea cukai. Nah pada saat itu petugas angkasa pura yang pulpennya saya pinjam tadi berteriak,”Pak, saya kira Bapak sudah keluar, saya cari-cari dari tadi. Ini passport Bapak tertinggal di tempat pengisian form tadi”. Masya Allah..ternyata passport saya hampir tertinggal, untung ada petugas angkasa pura yang baik hati mencari dan membawakan passport saya  tadi. Terima kasih Pak…

Saya harus pindah terminal 1, karena saya menggunakan Lion untuk penerbangan selanjutnya menuju ke Jogja. Jadwal penerbangan tertera pukul 19.00, masih cukup waktu untuk menuju ke teminal 1. Saya keluar bandara dan naik ke terminal kedatangan supaya lebih gampang untuk mencari shuttle bus berwarna kuning yang memang disediakan khusus oleh pihak penyelanggara bandara untuk melayani transportasi penumpang yang akan pindah terminal secara gratis.

Saya sempatkan membeli sebotol minuman dan snack untuk sekedar membatalkan puasa nanti. Setelah segala urusan check-in selesai saya naik ke atas menuju ke gate A-5 dimana pesawat Lion air tujuan Jogja akan diberangkatkan. Terminal 1A ini memang khusus disewa oleh maskapai Lion air sebagai hub mereka. Semua penerbangan Lion tujuan domestik diberangkatkan dari terminal 1A ini. Saya lihat terminal sudah lumayan tertata rapi dan para penumpang pun sudah bisa tertib. Tidak seperti beberapa waktu lalu, dimana tidak banyak bangku atau kursi yang bisa dipakai duduk para penumpang, sehingga  banyak penumpang duduk di selasar menuju ke pintu gate. Dan satu lagi waktu itu banyak sekali penumpang yang merokok di sembarang tempat, walaupun jelas-jelas tanda larangan merokok tertempel di dinding-dinding kaca. Sekarang saya sudah bisa merasa nyaman duduk di gang menuju ke ruang tunggu. Sejuk, bersih, penumpangnya tertib, dan tentu saja tidak bau asap rokok.

Panggilan boarding dilakukan kurang lebih pukul 19.00. Saya baru tahu ternyata penerbangan Lion yang jam 19.00 ini membawa penumpang tujuan ke Jogja dan Denpasar (transit di Jogja 20 menit). Wajar saja kalau penumpangnya penuh. Boeing 737-ER semua kursi terisi penuh, kecuali 2 kursi paling belakang (karena saya duduk paling belakang, jadi tahu hehe). Penerbangan sepanjang perjalanan lancar. Dan Alhamdullilah akhirnya pesawat landing dengan sempurna di bandara Adi Sutjipto satu jam sesudahnya. Setelah mengambil bagasi, saya pun keluar bandara dan memesan taksi menuju ke rumah. Hawa sejuk malam kota Jogja menghinggapi tubuh saya menambah perasaan lega pada diri saya ketika menginjakkan kaki di tanah kelahiran saya ini.

Tidak lupa pada kesempatan kali ini saya ingin mengucapkan selamat mudik di kota anda masing-masing, selalu waspada, hati-hati di jalan, semoga sampai di kota tujuan dengan selamat tidak kurang satu apapun.

About WiD

Founder&Owner jogja geowisata (www.ygeotour.com) dan geodwipa teknika (www.geodwipa.com). Alumni Teknik Geologi UGM. Hobby: International Travel, Photography, Gourmet Cooking, Entrepreneurship, Blogging.
This entry was posted in Cerita-Cerita and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*